Sabtu, 26 Oktober 2013

TARI GAMBYONG DARI JAWA TENGAH



v Sejarah Tari Gambyong
Tari gambyong merupakan salah satu bentuk tari tradisional Jawa. Tari gambyong ini merupakan hasil perpaduan tari rakyat dengan tari keraton. ‘Gambyong’ semula merupakan nama seorang waranggana wanita terpilih atau wanita penghibur yang pandai membawakan tarian yang sangat indah dan lincah. Nama lengkap waranggana tersebut adalah Mas Ajeng Gambyong yang hidup pada zaman Sinuhun Paku Buwono IV di Surakarta (1788-1820) dia terkenal di seantero Surakarta dan terciptalah nama Tari Gambyong.
Awal mulanya, tari gambyong sebagai bagian dari tari tayub atau tari taledhek. Istilah taledhek tersebut juga digunakan untuk menyebut penari tayub, penari taledhek, dan penari gambyong. Gambyong juga dapat diartikan sebagai tarian tunggal yang dilakukan oleh seorang wanita atau tari yang dipertunjukkan untuk permulaan penampilan tari atau pesta tari. Gambyongan mempunyai arti golekan ‘boneka yang terbuat dari kayu’ yang menggambarkan wanita menari di dalam pertunjukan wayang kulit sebagai penutup.

Pada zaman Surakarta, instrumen pengiring tarian jalanan dilengkapi dengan bonang dan gong. Gamelan yang dipakai biasanya meliputi gender, penerus gender, kendang, kenong, kempul, dan gong. Semua instrumen itu dibawake mana-mana dengan cara dipikul.
Umum dikenal di kalangan penabuh instrumen Tari Gambyong, memainkan kendang bukanlah sesuatu yang mudah. Pengendang harus mampu jumbuh dengan keluwesan tarian serta mampu berpadu dengan irama gendhing. Maka tak heran, sering terjadi seorang penari Gambyong tidak bisa dipisahkan dengan pengendang yang selalu mengiringinya. Begitu juga sebaliknya, seorang pengendang yang telah tahu lagak-lagu si penari Gambyong akan mudah melakukan harmonisasi.





v Simbol Luruhnya Otoritarianisme Budaya

Secara umum tari Gambyong ini merupakan simbol sirnanya hirarkhi budaya. Dengan ini kita tahu bahwa yang namanya estetika ternyata tidak bisa dikotak-kotak, dikapling-kapling apalagi dibag-bagi dalam tingkatan struktur kekuasaan. Spirit estetika itu boleh saja lahir di wilayah feriveral, namun ia akan melambung dan menerobos wilayah sentral. Dengan demikian otoritarianisme budaya itu sebenarnya sesuatu yang ahistoris. Kalaupun diakui ada, itu hanyalah bentuk formalisme atau institusionalismenya. Sementara budaya sendiri yang lebih mendasarkan diri pada estetika, etika dan logika tidak akan pernah bisa dipagari secara ketat.
Dalam ruh estetika ini akhirnya menjadi tidak jelas mana batas-batas budayanya wong cilik dan mana budayanya orang ningrat, mana tradisi keraton mana tradisi pinggiran, mana khasanah raja mana khasanah rakyat dan seterusnya. Toh ternyata perasaan para bangsawan juga tidak bisa dibohongi kalau merek juga tertarik dengan tradisi masyarakat pinggiran. Para raja-raja dan kaum bangsawan yang dalam konteks stratifikasi sosial lebih mendaulatkan diri sebagai atasan yang lebih tinggi dari masyarakat awam, akhirnya juga tunduk di bawah keluwesan gerak dan sentuhan erotica, seksualita maupun sensualita Gambyong.
Ini artinya substansi budaya dalam ranah logis, estetis dan etis adalah bersifat universal, dialogis dan saling mempengaruhi. Sungguh nonsense sebuah budaya atau peradaban, seratus persen, bisa berdiri secara netral dan otonom. Maka kalau ada segolongan masyarakat elit atau golongan lain yang masih kukuh dan konserfativ memegang teguh budaya feodalisme aristokratismenya maupun lokalismenya secara membabi buta, sehingga mudah membuat jurang narsisme siapa gue dan siapa elo, itu cermin masyarakat yang tak beradab dan tak berbudaya.





v Gerakan dan Kostum Tari Gambyong
Gerakan para penari wanita yang lemah gemulai yang menunjukkan sikap dan watak para wanita Jawa Tengah yang identik dengan lemah gemulai. Kesan tersendiri juga dapat anda temukan ketika penari Gambyong menampilkan perpaduan gerak tangan dan kaki sambil memainkan sehelai kain selendang yang dikalungkan di leher.
Penari Gambyong mengenakan pakaian khas penari wanita Jawa Tengah yakni kain kemben dengan bagian bahu terbuka sebagai atasan dan kain panjang bermotif batik sebagai bawahan. Dalam pertunjukan Gambyong, penampilan penari Gambyong juga dinilai memiliki peran penting. Konon, semakin cantik paras penarinya, keistimewaan dari pertunjukan Gambyong dapat diperoleh.

v Bentuk Penyajian dan Cara Pengiringan Tari Gambyong

Seiring dengan perkembangan zaman, tari gambyong mengalami perubahan dan perkembangan yaitu :

Pada awalnya, bentuk sajian tari gambyong didominasi oleh kreativitas dan interpretasi penari dengan pengendang. Di dalam urut-urutan gerak tari yang disajikan oleh penari berdasarkan pada pola atau musik gendang.
Perkembangan selanjutnya, tari gambyong lebih didominasi oleh koreografi-koreografi tari gambyong. Perkembangan koreografi ini diawali dengan munculnya tari Gambyong Pareanom pada tahun 1950 di Mangkunegaran, dan yang menyusun ialah Nyi Bei Mintoraras.
Setelah kemunculan tari Gambyong Pareanom, banyak varian tarian gambyong yang berkembang di luar Mangkunegaran, diantaranya Gambyong Sala Minulya, Gambyong Pangkur, Gambyong Ayun-ayun, Gambyong Gambirsawit, Gambyong Mudhatama, Gambyong Dewandaru, dan Gambyong Campursari.





Sedangakn alat yang digunakan untuk mengiriki tari Gambyong adalah Seperangkat gamelan Jawa yang terdiri dari gong, gambang, kendang, serta kenong menjadi musik pengiring pertunjukan Tari Gambyong. Dari sekian banyak alat musik, yang dianggap sebagai otot tarian Gambyong yakni Kendang.
Karena selama pertunjukan berlangsung, Kendang itu yang menuntun penari Gambyong untuk menari mengikuti lantunan tembang atau lagu berbahasa Jawa.



v Fungsi dan Ciri khas Tari Gambyong

Fungsi tari gambyong dalam kehidupan masyarakat dulunya berfungsi sebagai pertunjukan hiburan bagi Sinuhun Paku Buwono keenam dan tari untuk penyambutan tari penyambutan ketika ada tamu kehormatan berkunjung ke Kesunanan Surakarta,sedangkan sekarang berkembang sebagai hiburan pertunjukan bagi masyarakat luas Biasanya, tari Gambyong dimainkan ketika warga Jawa Tengah menyelenggarakan pesta pernikahan adat. Sebagai promosi budaya Jawa Tengah, Gambyong juga seringkali dimainkan di beberapa daerah selain Surakarta.  

Sedangkan Ciri khas pertunjukan Tari Gambyong, sebelum dimulai selalu dibuka dengan gendhing Pangkur. Tariannya terlihat indah dan elok apabila si penari mampu menyelaraskan gerak dengan irama kendang. Sebab, kendang itu biasa disebut otot tarian dan pemandu gendhing.















v Kesimpuan

  Bahwa sebenarnya tari Gambyong adalah salah satu tarian khas Jawa Tengah yang sangat terkenal dan populer. Dan perkembangan tari Gambyong saat ini cukup baik, penari atau penerus tari yang semakin baik. Salah satu maanfaat yang kita peroleh dari tarian ini adalah tarian yang cukup dikenal oleh bangsa Barat. Fungsinya jugaamat banyak, selain untuk acara adat, acara resmi, maupun acara non resmi.


v Kritik dan Saran

Kritik atau tanggapan yang dapat kami sampaikan adalah semoga makalah ini dapan bermanfaat bagi kami mauoun pembaca. Sesuatu hal tiada sempurna makadari itu semoga kami bisa membuat makalh yang lebih baik lagi dari ini. Amin yaRobbal’alamin.

Dan kami menyarankan agar pembaca mudah memahami arti dan manfaat penulisan makalah kami. Dan semoga para pembaca dapat menertuskan budaya tari Gambyong dengan baik.